Sinopsis My Best Friend Anne Frank (2021); Tentang Seorang Sahabat
Detail Film My Best Friend Anne Frank
Judul; My Best Friend Anne Frank / Mijn Beste Vriendin Anne Frank
Sutradara; Ben Sombogaart
Cast;
- Aiko Beemsterboer Sebagai Anne
- Josephine Arendsen Sebagai Hannah
- Lottie Hellingman Sebagai Moeder Goslar
- Roeland Fernhout Sebagai Vader Goslar
- Adél Jordán Sebagai Mária
- Tünde Szalontay Sebagai Éva
- Hans Peterson Sebagai Driver Heinz
- Björn Freiberg Sebagai Officer Bruno
- Veerle Peters Sebagai Margot Frank
- Carmen van Zantwijk Sebagai Coco
- Stefan de Walle Sebagai Vader Frank
- Teun Stokkel Sebagai Kees
- Zsolt Trill Sebagai Fritz
- Florien Ferdinandus Sebagai Sanne
- Pleun Nijhuis Sebagai Ilse
- Golda de Leon Sebagai Mirjam
Genre; Drama, Biografi
Rilis; 9 September 2021 (Netherlands), 1 February 2021 (Netflix)
Durasi; 103 menit
Bahasa; Dutch
Catatan;
Terlepas dari mana sumber (inspirasi) film My Best Friend Anne Frank (2021), saya ingin bilang bahwa plot film ini seperti cara kerja gergaji kayu yang dipakai tukang bangunan; maju mundur – satu sisi saat Hannah di Amsterdam pada 1942, lengkap dengan segala keriangan dan kekhawatirannya, sedang sisi lain ketika ia berada Bergen-Belsem, Kamp Pertukaran, 1945. Pendek kata; film ini menceritakan tentang kehidupan Hannah sebelum dan saat ia berada di kamp konsentrasi.
O ya, seperti biasa, disclaimer; tulisan ini mengandung sedikit spoiler – sebagai pemantik. (Kali aja teman-teman jadi tertarik menontonnya).
Sinopsis
SEBELUM KAMP KONSENTRASI mengubah warna dan tekstur kulitnya, Hannah tinggal di rumah bertingkat di Amsterdam, Belanda. Dari balik kaca jendela di lantai dua rumahnya pada 1942, Hanna dan temannya, Anne, sering meningtip ke luar, menyaksikan beberapa tentara berbadan tegap memukuli orang Yahudi. Pemandangan itu diam-diam membuat Hannah khawatir sebab ia seorang Yahudi. Anne juga Yahudi. Dan partai Nazi tidak menyukai mereka.
Meskipun ayahnya sering bilang kalau mereka (kelompok Nazi) tidak akan membawa ‘kita’ sebab ‘kita’ mempunyai dokumen lengkap, Hannah tetap tidak bisa tenang; satu-satunya yang membuat ia tenang adalah paspor yang dapat membawa mereka – termasuk Anne – pergi ke tempat lain, sebuah tempat yang lebih aman dan jauh dari orang-orang Nazi. Tetapi si ayah tidak pernah mendapat paspor apapun sampai akhirnya, pada 1945, saat Hanna berusia belasan, satu-satunya tempat yang ia kunjungi adalah Bergen-Belsem, Kamp Pertukaran..
Di tempat itu, bersama puluhan perempuan Yahudi yang masing-masing berbaju kumal dan berambut gersang, setiap pagi Hannah dipaksa berbaris di lapangan yang sudut-sudutnya dijaga oleh para tentara bersenjata dan berpagar kawat duri. Tak ada celah bagi Hannah dan adiknya, Gabi, untuk bersembunyi. Apa lagi kabur.
Sekali waktu, ketika sedang berbaris, Hannah mendengar suara siulan dari balik dinding tembok jerami di sisi lain kamp, sebuah suara yang akrab di telinganya. Suara itu terdengar lebih jelas saat Hannah beranjak beberapa langkah; hangat, lembut, tetapi terasa jauh. Anne. Ya! Itu Anne Frank, pikirnya.
Hannah ingat ketika, pada suatu siang yang cerah di bawah keteduhan sebatang pohon rindang, ia dan Anne Frank memandangi tiga laki-laki remaja yang sedang bermain bola. Salah satunya menarik perhatian Anne. Tapi begitu Anne melihat lelaki berkulit putih itu didekati wanita lain, ia pun mengeluarkan sepucuk surat – yang menyimpan seluruh perasaannya – dan kemudian menyobeknya sambil berkata; “Cari saja orang lain untuk kau cium dengan lidahmu yang panjang.” Hannah pun tertawa.
Tetapi, di dalam kamp yang sesak dan berbau tak sedap itu, Hannah tak pernah tertawa. Ia menderita setiap kali teringat pada Anne; ia merasa iba setiap kali Gabi mengatakan kalau ia lapar; ia terkekang karena para wanita tua melarangnya berbuat ini dan itu; ia perlu bertaruh nyawa untuk bertemu ayahnya yang terbaring lemah di atas ranjang di bangunan lain di tempat itu.
“Kita akan selamat,” kata ayahnya ketika Hannah menemuinya. “Kita akan ditukar dengan tahanan perang.”
Apakah itu benar?
Ketika mereka masih di Amsterdam, ayahnya juga bilang bahwa mereka tidak akan di bawa ke menapun sebab mereka mempunyai dokumen. Tetapi begitu petugas Nazi mendatangi rumah mereka, si ayah justru mendapat pukulan dan seburan ludah, tepat di bagian wajah. Dan itu membuatnya tampak tolol. Lebih dari itu, ibunya, yang saat itu sedang hamil, juga diperlakukan kasar; petugas tadi mendorong ibunya untuk kemudian memeriksa perut wanita malang itu.
Setelah kejadian itu, Hannah tetaplah Hanna. Tak ada yang ber-ubah. Ia tetap pergi ke sekolah, tetap bersenda-gurau bersama Anne, dan tetap berpikir bahwa mereka selalu bersama sampai dinding kamp itu menjadi sesuatu yang benar-benar memisahkan mereka.
“Anne,” kata Hannah dari balik dinding tembok jerami sambil mengendap, menghindari kilau lampu sorot yang terus berpindah dari satu titik ke titik lainnya.***
Nah, itu tadi sedikit spoiler My Best Friend Anne Frank. Soal apakah Hannah bisa menemui Anne atau apakah mereka bisa keluar dari kamp itu, silahkan teman-teman melanjutkan kisah persahabatan mereka dalam My Best Friend Anne Frank.
0 Response to "Sinopsis My Best Friend Anne Frank (2021); Tentang Seorang Sahabat"
Posting Komentar
jadi, apa yang kita bisa diskusikan?