Death On The Nile
Sinopsis
Death On The Nile -- Sesungguhnya Poirot tidak berkumis. Wajahnya mulus saja. Cita-citanya juga sederhana; dia ingin jadi petani.
|
Hercule Poirot
|
***
Semua berawal ketika kelompok mereka sedang menunggu kabut menipis untuk kemudian menyerang pihak lawan yang sedang beristirahat di sebaliknya. Saat itulah, tepatnya, Poirot melihat beberapa ekor burung berputar-putar di langit – lebih awal ketimbang hari-hari lalu. Ia kemudian berkesimpulan bahwa kabut akan segera menipis. Artinya; mereka harus segera bergerak.
Insting Poirot sungguh tajam. Begitu mereka mulai bergerak, kabut pun ikut bergerak, membuat pasukan musuh terlihat jelas. Sialnya, ketika mereka berhasil menduduki daerah lawan, si Kapten menginjak ranjau dan mati di tempat. Poirot, yang berada beberapa meter dari Kapten, pun terpental ke belakang.
Dia baru membuka matanya di atas ranjang di dalam kamp, dan itu karena seorang perawat, yang adalah kekasihnya, datang menjenguk. Awalnya Poirot hanya menunjukkan sebelah wajahnya ketika mereka bercakap-cakap tentang pernikahan, namun saat si perawat berhasil meyakinkan Poirot bahwa dia mencintainya, Poirot pun menunjukkan pipi yang lain, yang sebagian dagingnya berwarna merah, koyak, melebar sampai ke bibir atas.
“Sederhana saja,” ucap si kekasih, “tumbuhkan kumis”.
Begitulah awal mula Poirot memelihara kumisnya.
***
Beberapa tahun kemudian Poirot menjadi detektif terkenal dan, sesuai anjuran si perawat, kumisnya pun lebat dan berwarna kekuningan. Kedua sisinya sedikit bercabang. Pendek kata; kumis Poirot lebih lebat dan lebih rapi dari kumis siapapun yang berada di dalam kafe.
Dari mejanya yang bundar, sambil mengunyah potongan kue, Poirot menikmati musik jazz dan memandangi lantai dansa, tepat di mana muda-mudi dengan pakaian rapi saling memutar badan. Di antara para pengunjung itu, Poirot melihat Jacqueline de Bolleford dan tunangannya, Simon Doyle, juga penyanyi jazz, Salome Otterbourne, dan si pemandu lagu, Rosaline Otterbourne.
Tak lama berselang, dari arah pintu masuk, seorang perempuan melangkah pelan saat menuruni anak tangga dengan gaun yang sedikit mengembang. Dia adalah Linnet, si paling kaya, sekaligus teman Jacqueline sejak di sekolah.
Kepada Linnet, Jacqueline mengenalkan tunangannya yang berkumis rapi tadi. Lalu, dengan gerakan tangan yang lembut dan anggun, Simon Doyle membimbing Linnet ke lantai dansa, tepat setelah ia mengecup punggung tangan perempuan itu. Melihat mereka berdansa, Jacqueline diam-diam menahan ragam, sedang Pairot menikmati pertunjukan mereka.
***
Dari dalam kafe, Poirot kemudian mengatur tempat duduk di depan piramida. Di sini, dia bertemu Bouch, temannya, yang saat itu sedang menerbangkan layangan dari atas petak batu besar itu. Poirot kemudian tahu bahu Bouc tidak sendiri. Ia bersama ibunya, yang sedang melukis di bawah keteduhan tenda; lukisannya bagus: Dua buah piramida dengan latar langit biru dan Bouc, di salah satu piramida, sedang menerbangkan layangan.
Rupanya, Bouc dan ibunya datang ke Mesir untuk menghadiri pesta pernikahan. Bersama Poirot, mereka kemudian pergi ke sebuah hotel mewah di pinggir sungai Nil. Di atara riuh-rendah sura pengunjung, kedua mempelai muncul dari lantai dua hotel, memandang ke bawah, dan kemudian saling berpelukan. Kedua mempelai itu tidak asing lagi bagi Poirot sebab ia pernah melihat mereka berdansa di dalam kafe; si perempuan, dengan gaun indahnya, adalah Linnet, dan si lelaki, yang berkumis tipis dan berbadan tegap, adalah tunangan Jacqueline.
Kalau pun ada yang belum pernah dilihat Poirot, itu adalah Andrew, sepupu Linnet, Dokter Windlesham, bekas kekasih Linnet, dan Bowers, pengasuh ibu Bouc, dan Loise Bourget yang dipanggil si tua oleh Bouc. Dan, begitu kedua mempelai dan para tamu sedang asyik sendiri, Jacqueline muncul dari pintu masuk. Itu membuat Poirot penasaran dengan akhir dari drama ini. Jacqueline, Anda tahu, sangat mencintai Simon Doyle; ia mengatakan hal itu kepada Poirot.
Linnet dan Simon juga mendatangi Poirot, tetapi untuk megatakan bahwa mereka membutuhkan bantuannya untuk menjauhkan mereka dari Jacqueline.
Akhirnya, karena tidak ingin diganggu oleh Jacqueline, Doyle dan Linnet membawa para tamu mereka ke sebuah kapal mewah bertingkat dua di tengah sungai Nil. Sekali waktu, kapal tersebut berhenti di depan patung piramida yang tak jauh dari bibir sungai. Para tamu pun turun untuk melihat peninggalan si Ramses yang terkenal itu. Pada saat itulah, tepatnya, Jacqueline menaiki kapal mewah tersebut.
Dan, begitu Symon dan Linnet pulang, mereka tampak mengerutkan kening saat melihat Jacqueline berdiri di depan kapal. Karena emosi, pada suatu malam setelah pesta kecil-kecilan, Jacqueline pun menembak kaki Simon dan membuat suasana jadi gaduh. Orang-orang berteriak. Yang anehnya lagi; keesokan harinya Lennit ditemukan tewas di atas ranjangnya.
Setelah Lennit, yang selanjutnya tewas adalah Loise Bourget, dengan bekas luka sayatan di leher, dan Bouc, dengan sebuah lubang peluru di leher. Yang terakhir membuat Poirot terpukul. Jadi, bagaimana Poirot menyelesaikan kasus itu?***
cast;
- Kenneth Branagh (Hercule Poirot)
- Tom Bateman (Bouc)
- Annette Bening (Ibu Bouc)
- Russell Brand (Linus Windlesham)
- Ali Fazal (Andrew Katchadourian)
- Gal Gadot (Linnet Ridgeway-Doyle)
- Armie Hammer (Simon Doyle)
- Emma Mackey (Jacqueline de Bellefort)
- Sophie Okonedo (Salome Otterbourne)
- Letitia Wright (Rosalie Otterbourne)
- Jennifer Saunders (Marie Van Schuyler)
- Dawn French (Mrs. Bowers)
Sutradara
Kenneth Branagh
0 Response to " Sinopsis Death On The Nile 2022; Jadi, Siapa Pelakunya?"
Posting Komentar
jadi, apa yang kita bisa diskusikan?